Showing posts with label Corat-coret. Show all posts
Showing posts with label Corat-coret. Show all posts
saya tidak akan tanggung-tanggung dengan perasaan itu

Namanya Muntadhiroh, tapi saya memanggilnya "sayank". Dia anak pertama dari tiga bersaudara. Seorang perempuan yang berhasil menghipnotis saya sehingga jatuh ke dalam peluknya. Berani sekali dia!

Setiap rasa cinta pasti punya sejarahnya. Ndak mungkin saya tiba-tiba jatuh cinta pada perempuan yang tidak saya kenal. Dan proses itulah yang banyak dipertanyakan oleh teman-teman saya dengan bahasa: "Eh, pye critane?", "Kok iso tow, Rif?", "Wes jadian tenan ta jek pdkt?", "Iki Syarif tenan po duk sih?", "Syarif pacaran!!!???", "Sehat tow awwkmu?", dan masih banyak lagi. Dan pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya tertawa dalam hati.

Terkait proses saya bertemu dengan dia hingga kami memiliki hubungan, itu biar tetap saya rahasiakan. Dokumen privat yang tek perlu orang lain tahu akan hal itu. Yang jelas, saya sudah mengenal dia. Akan tetapi, sebagaimana dia mengenal saya, pasti masih ada banyak hala yang belum saya tahu tentang kekasihku itu.

Ini sudah bulan ke-8 sejak kami resmi berpacaran (onok peresmiane barang ta ngunu iku? Wkwkwkwk). Rasanya saya ingin menulis ribuan lembar terkait perasaan saya. Mulai dari sajak rindu, rasa cemas, khawatir, marah, galau, dan heran. Namun, ada satu hal yang saya pastikan tidak ada dalam perasaan saya atas dirinya: marah. Apapun yang dilakukan dan diputusan oleh orang yang saya sayangi, asalkan itu sudah dipikirkan dengan matang dan mengetahui konsekuansi yang akan diterimanya dan ia akan bahagia atas itu, maka saya kan mendukungnya. Dan saya tidak akan pernah marah.

Perjalanan hidup saya terlalu remeh jika saya gunakan untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting, apa lagi membahas mengenai pacaran. Masih teramat banyak yang perlu saya pikirkan. Dan prioritas-prioritas lain mengenai "siapa" yang perlu didahulukan juga teramat banyak.

Saya bukan tipe manusia yang melankolis dan romantis. Tapi kalau saya menyukai seseorang, maka saya tidak akan tanggung-tanggung dengan perasaan itu. Namanya sudah saya lock dalam benakku. Tunggu waktunya tiba, dan saya akan datang dengan membawa masa depan, Insya Allah.
Laptop saya buka dan saya bingung mau nulis apa. Tulisan ini nampaknya akan menjadi tulisan paling receh, kawan. Pasalnya, hari ini saya benar-benar tak ada ide untuk ditulis, sedangkan tangan saya tetap memberontak ingin tetap nulis. Bingung 'kan?

C99 hari ini seperti hari-hari kemarin, tetap sepi karena efek virus corona. Dikabarkan, hari ini sudah ada 1.155 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Semua data penyebaranya dapat diakses di internet. 

Itulah yang membuat orangtua di rumah jadi cemas. Kemarin, Emak menelpon saya dan memaksa saya untuk pulang. Yah,.. Itulah. Bentuk perhatian dan rasa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.

Saya ingin pulang, tapi tidak untuk sekarang. Ada 2 hal yang harus saya tuntaskan dulu di Malang ini. Setelah itu baru pulang. Semoga besok Rabu bisa terselesaikan. Kamis bisa segera pulang.

Saya juga rindu semua orang di kampung halaman. Dan ada sesorang yang sangat saya rindukan. Rindu banget malah. Orang yang sangat saya cintai, yang tiap selesai sholat lima waktu tak pernah lupa saya doakan agar panjang umur, sehat selalu, dan cita-citanya tercapai, serta semua yang dikerjakan olehnya diridloi oleh Allah SWT. Satu lagi, saya juga menyisipkan proposal ke Gusti Allah agar makhluknya yang satu itu bisa menjadi pendamping hidup saya di kemudian hari. Tentu itu masih proposal. Disetujui atau tidak, Gusti Allah belum memberikan bocoran pada saya. Terserah Beliau-lah. Diakan Tuhan. 

Terlalu banyak proposal yang saya ajukan kepada-Nya. Tapi ini daru sudut pandang saya. Kalau bagi-Nya, sih, mungkin terlalu sedikit. Bahkan mungkin tidak memenuhi kriteria disebut sedikit. Skala prioritas saya yang pertama (selain agar terjaga Iman, Islam, dan Ihsan dalam hidup saya) adalah terkait Skripsi. Semoga ada solusi ditengah pandemik Covid-19 ini agar skripsi bisa segera terselesaikan dan Oktober yang akan datang bisa memakai toga kebesaran.

"Lanjut S2 sok mben?" tanya teman saya.[*]

____________________________
Sumber gambar: https://www.shutterstock.com

"Kok jek gong bubuk?" tanya kekasihku merespon story WA yang baru saja saya upload. Saya lihat jam di HP, ternya sudah jam 2 dini hari. Inilah kehidupan saya di Kota Malang.

Sebenarnya, rutinitas begadang ngene ki sudah saya mulai sejak lulus SMA tahun 2015 yang lalu. Saat itu, saya ada kerjaan tiap jam 19.00 - 24.00 WIB. Setelah pulang kerja, kadang saya sempatkan sinau soal-soal SBMPTN. Dan itu berlangsung hampir tiap hari selama 8 bulan. Tidur jam 1, atau kadang, yo, jam 2 dini hari. 

Saat di Malang, Pondok Gading juga mensupport untuk begadang. Tepak pisan. Ditambah lagi, saya aktif di PMII, organisasi yang hampir setiap kadernya adalah makhluk nokturnal, baik yang cowok maupun yang cewek podo ae. Hidup di alam hari, 'tewas' di siang hari. Sempurna sudah!

Teguran kekasihku ndak saya gubris. Sengaja. Biar dia tidur lagi. Soalnya dia tipe anak yang jam 9 malam sudah bobo cantik. Biar lelap lagi dan esok bisa fit kembali. 

Semoga dia tidak membaca tulisan ini. Saya yakin dia ndak akan baca, sih. Sebab, dia tipe anak yang tidak suka baca. Dia anak eksak, lulusan jurusan IPA di salah satu SMA Negeri di Nganjuk. Ndak suka baca perpen, novel, puisi, esai. Dan ndak hobi nulis juga. Hobinya nyanyi, tapi ndak bisa nyanyi lagu-lagu pop atau dangdut. Bisanya mbawak lagu-lagu qosidah atau banjari, dan dia vokalis.

"Tidur, tidurrr...." dianya chat lagi. Hmmmm... Makin rindu, deh. Peh..

"Iya,.. iya... Ini mau tidur, yank.." terpaksa saya jawab. Takut dia salah paham. Sebab kami LDR Malang-Nganjuk.

Kuota saya matikan. Saya lanjut bercumbu dengan kekasih baruku di Malang: Dedek Skripsweet.[*]

Saya di sini aman, kok. Walau pun Kota Malang statusnya menjadi zona merah Covid-19, saya sudah berupaya melakukan protokol kesehatan sebagaimana yang telah disosialisikan oleh pemerintah. Mungkin kini keluarga di rumah mencemaskan keadaanku, sehingga menanyakan 'kenapa tidak pulang aja ke rumah?'.

Bapak, Emak, dan seluruh keluarga di rumah, tenang aja. Saya masih harus menyelesaikan tugas-tugas yang belum terurus. Setelah urusan ini kelar, atau setidaknya sebagain, maka saya akan segera pulang.

Kondisi Kota Malang semakin hari semakin sepi. Kampus saya juga sepi. Semua mahasiswa baru pada pulkam ke rumah masing-masing. Apa lagi tadi keluar surat edaran Rektor bahwa perkuliahan daring diperpanjang hingga 29 Mei 2020. 

Malam ini sebenarnya ada agenda rapat organisasi membahas terkait keberlangsungan pergerakan di masa darurat Covid-19 ini. Namun, kuputuskan untuk tidak hadir rapat. Bukan karena malas, tapi berupaya mengurangi berkerumun dengan orang banyak. Tadi siang, saya sholat Jum'at juga sengaja datang terlambat. Saat bilal mengumandangkan iqomah, saya baru sampai di Masjid. Dan saya berdiri di shaf paling belakang di ujung kiri.

"Pulang" adalah suatu hal yang selalu saya inginkan. Sebab, bagaimana pun juga, hidup di kampung halaman tetap jauh lebih nayaman dari pada di perantauan. 

Saya juga agak cemas, sih. Ketika saya pulang, saya harap bisa menjaga jarak aman dengan orang-orang di kampung. Sebab, kita tidak tahu, apakah saya dari Malang ke kampung ini membawa virus atau tidak. Saya sehat bukan berarti saya aman dari virus. Bisa saja antibodi di tubuh saya cukup kuat untuk menahan virus berkembang biak, sehingga saya tetap bisa melakukan banyak hal. 

Covid-19 ini 'kan sering menyerang orang berusia 40 ke atas. Bahkan mayoritas di atas 50 tahun. Saya khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di kampung halaman gara-gara saya pulang. Namun, saya juga tidak mau paranoid. Selama di Malang saya tidak pernah berkerumun dengan orang banyak, maka logikanya saya 'sehat' dan 'tidak terkena virus'. Jadi, akan kuusahakan awal bulan depan saya akan pulang.

Lantas bagaimana dengan skripsi saya?[*]


Pengalaman baru dalam dolanan blog hari ini adalah mengenai warning "Not Secure". Blog ini berubah menjadi "not Secure" sejak tadi malam. Saya bingung 😕. Mau benahin, tidak bisa. Mau ganti blog, tapi kok eman-eman dengan yang ini. 

"Biarkan aja. 'Kan tidak ada isi yang benar-benar privat sehingga aman jika diakses oleh publik. Kalau ada yang nge-hack, brarti blog kamu ada peminatnya," kata temanku.

Okelah kalo gitu. Saya lanjut aja blog ini. Toh isinya ya barang receh. Unfaedah semua. Penting tetap bisa upload tulisan. Lumayan, buat ngisi kegabutan ditengah wabah Covid-19 yang semakin menghawatirkan di Kota Malang ini.

Saat ini Kota Malang semakin menunjukkan kesepiannya. Kampus-kampus sepi. Sekolah pada libur. Warung kopi tutup semua, kecuali Tante. Ada beberapa warung kopi yang buka, tapi jam 8 malam udah tutup. WiFi kampus dimatikan. Listrik untuk cas laptop dipadamkan. Kampus lockdown.

Teman-temanku sudah seminggu yang lalu pada pulang kampung. Sekarang di C99 tinggal kami berdua: saya dan Imam. Anak-anak rayon pada pulkam. Rayon dan komisariat lockdown juga. 

Kerjaan gak ada. Skripsi masih nyendat. Gabut banget rasanya. Trus mau ngapain kalo ndak ngeblog? Sumpek, brow!


Sumber gambar: Twitter/yogantfirman

Lanjutan dari Catatan Konferancab 2018 Bagian Pertama

BERJALANNYA KONFERENSI
Pengurus PAC yang terlibat dalam konferensi kali ini adalah pengurus yang sudah matang dalam berbagai hal di lingkup IPNU-IPPNU. Sebab, banyak pengurus yang sudah menjadi pengurus PAC sejak tahun 2012, walau pun hanya sebagai anggota, antara lain: Syarifuddin (Kalmpakarum), Habib (Sumberjo), Huda (Kelutan), Sya'iruddin (Klampakarum), Fiqhy (Sekaran), Rozik (Sekaran), Syafii (Cengkok), Yurika (Sumberjo), dan Luluk (Sumberjo). 

Mereka semua mungkin tidak akan masuk lagi dalam struktur kepengurusan PAC di periode selanjutnya. Konferensi ini akan menjadi akhir pengabdian mereka di PAC (pengabdian secara langsung). Maka nampaknya totalitas kepeduliannya dalam keterlibatan diri di konferensi ini akan mencapai titik puncak. Apa pun demi kesuksesan konferensi akan mereka lakukan, jika hal tersebut memang masih mampu ia lakukan.

Sabtu malam konferensi telah resmi dimulai. Hadir dalam pembukaan tersebut adalah H. AF Muhib Ketua tanfidziyah MWC NU Ngronggot, Abdui Rohman Ketua Tanfidziyah PR NU Cengkok, Nafhan Thohawi, SH. MH. Camat Ngronggot, Ahmad Nur Wahid Ketua PC IPNU Kabupaten Nganjuk, Deni Nitalia Ketua PC IPPNU Kabupaten Nganjuk, Muhajir Ketua PAC GP Ansor Ngronggot, Siti Qomariyah Ketua PAC Muslimat NU Ngronggot, dan para Ketua Ranting IPNU-IPPNU se-Kecamatan Ngronggot yang telah aktif (Ranting Dadapan, Ngronggot, Banjarsari, Kelutan, Cengkok, Kalianyar, Klurahan, Betet, dan Mojokendi).

Sidang Pleno I membahas tentang tata tertib konferensi dimulai sekitar pukul 22.00 WIB. Secara umum, Sidang Pleno I ini berjalan dengan lancar. Tidak sampai terjadi konflik yang serius. Sebab, kultur IPNU-IPPNU Anak Cabang Ngronggot memang lebih mengedepankan musyawarah mufakat dengan prinsip kekeluargaan. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap Sidang Tata Tertib pasti terjadi perbedaan pendapat. Tak terkecuali pada konferensi ini. Beberapa pasal terjadi perubahan dari draft awal, antara lain: Pasal terkait peserta (ketentuan, hak, dan kewajiban) dan pasal terkait persyaratan calon ketua.

Peserta konferensi disepakati bahwa peserta terdiri atas 2 golongan, yaitu: (1) Peserta Penuh, terdiri dari ranting dan komisariat masing-masing 3 IPNU dan 3 IPPNU; (2) Peserta Peninjau, yang kemudian dibagi lagi menjadi dua, yaitu Peninjau Aktif dan Peninjau Pasif.

Peninjau Aktif terdiri dari: Pengurus PW IPNU-IPPNU Provinsi Jawa Timur, Pengurus PC IPNU-IPPNU Kabupaten Nganjuk, Pengurus PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Ngronggot, Pengurus PR IPNU-IPPNU Se-Kecamatan Ngronggot, Pengurus PR IPNU-IPPNU se-Kecamatan Ngronggot, dan Alumni PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Ngronggot. Sedangkan Peninjau Pasif terdiri dari: Tamu Undangan dan Pers.

Sedangkan yang membedakan antara golongan peserta tersebut adalah pada bagian haknya, antara lain:

  1. Peserta Penuh memiliki hak bicara dan suara. Maksudnya adalah Peserra Penuh berhak berbicara dalam rangka mengemukakan pendapat di forum persidangan sekaligus berhak (sah) mengikuti voting untuk memperlihatkan suaranya.
  2. Peninjau aktif hanya memiliki hak bicara. Maksudnya, Peserta Peninjau hanya boleh mengemukakan pendapat. Jika ada voting, Peninjau Aktif tidak boleh dan tidak berhak mengikutinya. 
  3. Peserta Penuh dan Peninjau Aktif dapat berbicara melalui persetujuan pimpinan sidang. Maksudnya, poin ini mempertegas bahwa pimpinan sidang adalah pihak yang berada di posisi tertinggi yang harus di hargai oleh seluruh peserta sidang dalam rangka menjaga stabilitas dan kelancaran persidangan.
  4. Peninjau Pasif dapat memasuki tempat konferancab melalui persetujuan Panitia Penyelenggara. Maksudnya, Peninjau Pasif (tamu undangan dan pers) harus sudah terverifikasi oleh panitia. Jika ada orang luar (non IPNU-IPPNU dan non Banom NU), maka harus lapor dan izin terlebih dahulu sebelum masuk ke lokasi konferensi.
  5. Peninjau Pasif tidak memiliki hak bicara dan suara. Maksudnya, dalam persidangan, tamu undangan (yang bukan bagian dari Peninjau Aktif) dan Pers hanya boleh melihat dan mengamati jalannya persidangan. Mereka tidak punya hak sedikit pun untuk ikut terlibat aktif di dalamnya. Bahkan untuk memasuki ruangan sidang juga harus dapat izin dari Panitia Penyelenggara.
Semua perubahan Pasal terkait ketentuan Peserta ini diusulkan oleh Irma Khoirun Nisa yang merupakan Ketua IPPNU Ranting Dadapan yang saat itu menjadi Peserta Penuh dalam konferensi. Memang di internal Ranting Dadapan sudah ada breafing sebelum Sidang dimulai. Hal tersebut dilakukan dalam rangka pembelajaran untuk menghidupkan suasana persidangan dengan merekayasa usulan-usulan.

Yang kedua adalah pasal terkait persyaratan calon ketua PAC. Pasal tersebut diubah mlalui usulan dari Saguh Nata Saputra (Ketua IPNU Ranting Dadapan) sebagai Peserta Penuh. Dia mengajukan perubahan poin-poin dalam ayat ke-3 di Pasal tentang Persyaratan ketua. Poin-poin tersebut adalah sebagai berikut:

(3) Pemilihan ketua dilaksanakan dengan tahab sebagai berikut:
a.  Tahap pencalonan

  • Setiap calon dianggap sah apabila didukung sedikitnya 5 (lima) suara
  • Setiap calon yang dianggap sah apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
  • Bertaqwa kepada Allah SWT
  • Berakhlak baik, berdedikasi tinggi dan loyal kepada organisasi.
  • Hafal Mars IPNU bagi calon ketua IPNU, dan Mars IPPNU bagi calon ketua IPPNU dan  menyanyikannya di depan forum.
  • Umur setinggi-tingginya 24 tahun untuk IPNU, dan 23 tahun untuk IPPNU
  • Pernah menjadi pengurus Pimpinan Ranting atau Pimpinan Komisariat atau Pimpinan Anak Cabang
  • Sudah pernah mengikuti Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA) dibuktikan dengan sertifikat asli atau saksi.
  • Sudah pernah mengikuti Latihan Kader Muda (LAKMUD) dibuktikan dengan sertifikat asli atau saksi.
  • Mendapat rekomendasi tertulis dari Pimpinan Ranting atau Pimpinan Komisariat yang bersangkutan dan dibubuhi tanda tangan ketua PR/PK atau yang mewakili.
  • Dapat membaca Al Qur’an dan maulid al barzanji
  • Calon yang sah wajib menyampaikan visi dan misi.
  • Apabila terdapat dua orang atau lebih calon ketua yang sah maka dilanjutkan tahap pemilihan.
  • Apabila hanya ada satu Orang calon, dapat dinyatakan sah terpilih secara aklamasi


 b. Tahap pemilihan
  • Calon ketua yang mendapat suara terbanyak dinyatakan sah sebagai ketua periode berikutnya sekaligus sebagai ketua formatur
  • Apabila dalam pemilihan terdapat jumlah suara yang sama antar calon. Maka diadakan pemilihan untuk yang kedua kalinya.
  • Apabila dalam pemilihan yang kedua kalinya hasilnya tetap sama, maka forum di skors 1 x 15 menit untuk dilakukan lobbying.
  • Sebelum proses pemilihan, ketua PAC IPNU IPPNU Kec Ngronggot periode 2016- 2018 menyatakan demisioner.

Semua poin di atas disetujui dan disepakati oleh forum. Akan tetapi, ada satu hal yang menjadi perdebatan yang sangat panjang, yaitu mengenai usia maksimal calon ketua. Paket usulan di atas mengajukan calon ketua maksimal berusia 24 tahun bagi yang IPNU dan 23 tahun bagi yang IPPNU (rasionalisasinya insya Allah akan saya tulis di lain waktu). Akan tetapi Rekan Syafii Sulaiman yang waktu itu menjadi Ketua Pimpinan Sidang tidak menyetujuinya. Akhirnya terjadi perdebatan (adu argumentasi dan intelektualitas) antara peserta sidang (Peserta Peninjau), yaitu Syarif yang waktu itu ikut memberikan justifikasi terhadap pengopsi, dengan Syafii sebagi Ketua Pimpinan Sidang. 

Semua poin di atas disetujui dan disepakati oleh forum. Akan tetapi, ada satu hal yang menjadi perdebatan yang sangat panjang, yaitu mengenai usia maksimal calon ketua. Paket usulan di atas mengajukan calon ketua maksimal berusia 24 tahun bagi yang IPNU dan 23 tahun bagi yang IPPNU (rasionalisasinya insya Allah akan saya tulis di lain waktu)

Perdebatan tersebut berakhir dengan ketukan palu yang dilakukan Ketua Pimpinan Sidang yang secara sepihak menolak usia 24 tahun dan 23 tahun tersebut sebagai syarat maksimal ketua IPNU-IPPNU. Pimpinan Sidang menetapkan usia maksimal tetap sama dengan Peraturan Rumah Tangga IPNU-IPPNU, yaitu 23 bagi IPNU (dalam PRT IPNU Tahun 2015 Pasal 21, Ayat 4, Poin a) dan 21 bagi IPPNU (dalam PRT IPPNU Tahun 2015 Pasal 25, Ayat 1).

Malam itu sidang berakhir dengan Panding pukul 1 dini hari (15/10), sidang Pembahasan dan Pengesahan Tata Tertib masih berhenti pada Pasal 16 dari 21 pasal yang ada.

Aku dan Syafii pun ngobrol di teras depan ruang panitia. Tentu saja tidak hanya kami berdua, saat itu ada Rozik, Andi, Huda, Wahid, Fiqhy, Akhiru Syafii, bahkan juga ada tamu dari luar PAC, antara lain: Syaifudin Waka. I Cabang (Kertosono), Udin (Tanjunganom), Deni Nitalia (Kertosono), dll. 

Syafi'i mengatakan bahwa konferancab ini lebih panas, bahkan konferwil aja tidak ada apa-apanya dibanding ini. Hal tersebut bukan berarti kami konflik fisik dan non fisik, namun hanya sekedar adu argumentasi dan intelektualitas karena berbeda pandangan.

Syafii juga menyadari bahwa dirinya belum ada persiapan apa-apa. Dia langsung memimpin sidang tanpa mempelajari draft sidang yang akan ia pimpin. Namun, sebenarnya hal tersebut bukan merupakan masalah yang besar. Sebab, pimpinan sidang hanya bertugas menertibkan persidangan. Akan tetapi lain halnya jika Syafii punya 'kepentingan'. Jika ia punya kepentingan terkait 'suksesi', maka seharusnya sudah mempersiapkan apa saja yang diperlukan. Tapi nasib seseorang siapa yang tahu? Aku yang 'merancang' malah tersenggol sedikit langsung tumbang. Sedangkan kepentingannya tetap dalam wilayah yang aman. (Bersambung....)


Dalam organisasi IPNU-IPPNU, Konferancab adalah forum tertinggi di tingkat Anak Cabang (tingkat kecamatan). Sekelas PAC Ngronggot, sungguh eman-eman jika tidak diabadikan dalam sebuah tulisan. Walau pun hanya tulisan sederhana. Sebab konferancab hanya dilaksanakan dalam dua tahun sekali dan hanya di akhir kepengurusan.

Jika semua yang terlibat dalam Konferancab XX kemarin (13-14/10) menuliskan semua pengalaman atau apa pun yang ia amati, maka dapat dipastikan bahwa tulisan mereka kelak akan menjadi bukti sejarah di masa yang akan datang. Selain itu, kondisi-kondisi sosial yang dinarasikan akan lebih mengena ke hati pembaca, khususnya bagi kader PAC di hari esok.

PERSIAPAN MENUJU KONFERENSI
Rapat Perdana persiapan konferensi dilaksanakan setelah Program Kerja Tour Religi To Jogja. Lebih tepatnya pada hari kamis 13 Sepetember 2018 di rumah Rekanita Ruli (Ketua IPPNU Anak Cabang Ngronggot 2016-2018). Poin penting dari rapat tersebut adalah menyepakati dan menetapkan Rekan Badrus Sholeh sebagai Ketua Pelaksana dan tanggal 14 Oktober 2018 sebagai waktu pelaksanaan Konferancab. Artinya, Panitia hanya memiliki 31 hari untuk persiapan Konferensi. Waktu yang cukup pendek bagi kepanitiaan yang hanya terbentuk ketuanya saja.

Akhirnya rapat diadakan lagi pada hari Minggunya (16 September 2018). Dalam rapat tersebut, susunan kepanitiaan sudah terbentuk. Dan lokasi pelaksanaan Konferensi sudah di Fix-kan, yaitu di MI Nurul Huda Cengkok. Minimal, itu sudah bisa digunakan untuk modal keperluan surat-menyurat dan penyusunan draft Konferensi. Dalam rapat kedua ini seluruh tugas kepanitiaan sudah dijabarkan dan sudah bisa mulai dijalankan, kecuali humas. Sebab proposal dan surat-surat belum selesai dibuat.

Seminggu setelah itu, panitia mengadakan rapat lagi, yaitu pada tanggal 23 September 2018. Pada rapat ke-3 ini segala permasalahan mulai nampak. Mulai dari sedikitnya personil kepanitiaan, proposal yang belum kelar, surat-menyurat yang bermasalah, Ketua Panitia yang kurang diperhatikan, sekretaris panitia yang tidak di-back up, ada beberapa ranting yang belum tersentuh sama sekali, dan Draft Sidang-Sidang Konferensi yang juga masih belum tersentuh sama sekali. Kegelisahan muncul dibenak para panitia inti. Kemudian merembet ke teman-teman panitia yang ada di sekitar panitia inti.

Inilah yang namanya Pelajar. Ketidaksempurnaan dalam menjalankan tugas adalah suatu keniscayaan yang sangat wajar. Banyak kekurangan adalah proses pembelajaran. Asalkan semua dijalani dengan ikhlas dan pantang putus asa.

Tanggal 28 September 2018 pukul 16.10 WIB aku naik bus dari Malang ke Papar (oper di Jombang). Sampai di Papar sekitar pukul 20.30 WIB dan langsung mencari warung kopi di Pasar Papar. Malam itu adalah awal tatapmuka ku secara langsung dengan Ketua Pelaksana Konferensi (Rekan Badrus). Ada banyak hal yang kami bicarakan di warung kopi tersebut selama sekitar 3 jam. Tidak hanya Badrus, namun juga ada Rekan Habib, Saguh, dan Ansori. Intinya, persiapan panitia masih banyak yang kurang. Akar dari masalah tersebut adalah dalam hal "Proposal dan surat-surat" yang belum jadi, sebab sekretaris tidak didampingi. 

Sabtu pagi aku bertemu dengan Sekretaris PAC, Rekan Andi, di rumah Rekan Wahid. Aku menanyakan masalah sekretaris Konferensi dan Draft Konferensi (Draft Sidang), serta persiapan Pelantikan Ranting Cengjok (sebab ada kabar kalau Cengkok juga akan pelantikan). Semuanya masih dalam tahap "proses". Kecuali pengajuan SK Ranting Cengkok, sebab ternyata Cengkok belum menyenggol sekretaris PAC sama sekali. Pagi itu, Sekretaris PAC dan Rekan Rozik ada agenda ke Surabaya sampai malam.

Sabtu malam (29/09) aku datang ke markas Sekretaris Konferensi di Ngronggot Wetan. Hari itu adalah H-14 pelaksanaan Konferensi. Waktu yang sangat sempit bagi Panitia yang belum ada "proposal dan surat" yang sudah jadi. Malam itu pula surat-surat dan proposal kita fix-kan. File yang dipakai Sekretaris ternyata error, tidak bisa diatur di laptopnya. Untung ada "komputer Panwas" (Ms. Word 2007) yang cocok dengan file-nya. Jadi semua surat bisa kita edit dan kita print malam itu juga. 

Tak terasa ternyata sudah pukul 21.00 WIB. Sedangkan kita ada Sekret Panwascam. Akhirnya kita akhiri pertemuan itu. Sekretaris (Rekanita Cholim) dan Bendahara PAC (Rekanita Eka) pulang ke rumah masing-masing, sedangkan kami (Aku, Badrus, Ansori) geser ke Gondang untuk sambang Diklatama CBP-KPP. 

Ternyata Sekretaris Konferensi tidak mau berhenti sampai situ saja. Saat di rumah, dia kembali mencoba mengerjakan tugas-tugasnya yang belum selesai. Beberapa kali nge-WA aku, tapi tidak ku read, sebab di lokasi Diklatama kami sedang ngobrol dengan kader-kader CPB. Saat kulihat HP, ternyata chat terakhir Rekanita Cholim sampai jam 1 dini hari. Berarti sampai detik itu dia masih nglembur ngerjakan surat-suratnya.

Sangat jelas "bahwa semua panitia punya kisahnya masing-masing dan punya sudut pandang masing-masing". Setidaknya, tulisan ini menyumbang secuil kisah tentang perjuangan beberapa panitia dalam konferensi, dari pada tidak ada catatan sama sekali.

Hari pun berganti. Minggu (30/09) habis jam 5 sore aku ke rumah Sekretaris IPPNU PAC (Rekanita Rika). Dia adalah teman seperjuanganku sejak jadi ketua Ranting Dadapan. Entah mengapa, sepertinya setiap aku pulang ke rumah, aku selalu ingin ngobrol dengan dia. Tentu saja bukan masalah pribadi, tapi membicarakan terkait organisasi.

Pertemuan itu sangat singkat. Jam 5 sore sampai sekitar jam 17.40 WIB, sebab aku ke sana belum maghrib dan tidak mungkin sholat maghrib di rumah dia. Dalam pertemuan itu aku hanya ingin memastikan tentang dua hal. Pertama, sampai mana proses pembuatan LPJ kepengurusan dan draft sidang konferensi; Kedua, tentang Ranting Cengkok yang katanya akan dilantik bersamaan dengan pembukaan Konferensi. Ternyata, sesuai dengan dugaanku, kedua hal tersebut belum tersentuh kecuali hanya seujung rambut. Padahal, saat itu sudah H-13. 

Waktu dua minggu sangat pendek jika untuk mempersiapkan Laporan Pertanggungjawaban kepengurusan selama 2 tahun ditambah mem-back up permohonan pengajuan SP Ranting ke Cabang. Apa lagi dengan kesibukan masing-masing Pengurus Harian yang begitu padat.

Pukul 18.30 WIB dilaksanakan rapat yang ke-3 di kantor MWC NU Ngronggot. Aku pun ke sana, bukan untuk mencampuri banyak hal, karena aku tahu diri posisiku sudah tidak berdomisili di Ngronggot (tapi di Malang), sehingga sangat tidak etis jika aku banyak ikut campur. Di rapat itu aku hanya mengamati berjalannya rapat. Hadir dalam forum itu Fiqhy, Syafii Sulaiman, Rozik, Akhiru Syafii, Andi, Saifudin, Amin, Rika, Luluk, Habib Betet, Badrus, Lailis, Latif, aku, dan masih banyak lagi.

Sebelum rapat di mulai, aku mengajak Lailis dan Latif ke warung kuning. Lailis adalah ketua terpilih IPPNU Ranting Cengkok yang belum dilantik, sedangkan Latif adalah kader IPPNU Ranting Betet. Yang kami bicarakan di warung itu sangat banyak. Mulai dari membahas kondisi ranting hingga masalah PAC. 

Poin yang ku garis bawahi adalah bahwa aku meminta mereka berdua agar kelak bisa naik ke kepengurusan PAC, walau pun hanya sekedar anggota. Dan mereka mengiyakan. Terkait Lailis, aku berpesan kepada dia agar "kalem-kalem, ojo banter-banter" menjalankan ranting. Sebab, waktu 2 tahun bukanlah waktu yang pendek. Jangan sampai stamina habis sebelum separuh periode kepengurusan. Aku menyarankan agar rutinan ranting dijalankan "maksimal satu kali dalam satu bulan, jangan lebih.!" Satu kali dalam satu bulan itu bisa istiqomah, itu sudah sangat membanggakan bagi PAC.

Terkait konferensi tidak aku bicarakan banyak-banyak dengan mereka berdua. Tetapi, aku sempat menanyakan pendapat mereka tentang "siapa yang menurut mereka pas memimpin IPPNU Anak Cabang Ngronggot". Mereka berdua waktu itu sepakat menjawab: Rekanita Eka! Dan dengan rasionalisasi bahwa Eka lebih grapyak dengan mereka berdua.

Malam itu kuhabiskan waktuku di kantor MWC NU dengan Syafii Sulaiman, Akhiru Syafii, Fiqhy, Andi, Rozik, Saifudin, dan Badrus. Namun tidak sampai subuh, pukul 2 aku pulang ke rumah, sebab jam 7 pagi harus pripare kembali ke Malang.

Dua minggu kemudian aku kembali pulang ke rumah. Lebih tepatnya tanggal 12 Oktober 2018. Dengan naik kereta api mulai pukul 07.00 WIB dari stasiun Malang Kota Baru hingga pukul 11.45 WIB sampai di stasiun Papar. Berhubung hari itu adalah hari Jum'at, maka aku pun tidak lekas langsung pulang, namun mampir di masjid Papar untuk sholat Jum'at terlebih dahulu (waktu itu khotib baru naik ke mimbar).

Setelah sholat Jum'at usai, waktu pun kembali melambat. Aku datang ke warung kopi dan beberapa menit kemudian Badrus datang menjemputku. Badrus kuajak bincang-bincang sekitar satu jam di warung itu. Dari perbincangan itu, dia mengatakan bahwa semua persiapan Konferensi sudah hampir sempurna. Mulai dari susunan acara, petugas acara, peserta, lokasi konferensi, perlengkapan, dll. Perlengkapan tinggal membawa ke lokasi saja.

Namun ternyata ada satu hal yang luput dari persiapannya, yaitu umbul-umbul. Akhirnya, sore itu juga dia men-sounding panitia (khususnya yang laki-laki) untuk nanti malam berkumpul ke lokasi dalam rangka memasang umbul-umbul.

Ada dua hal lagi yang dia akui masih belum beres. Pertama, terkait surat undangan. Ada banyak surat undangan yang masih belum didistribusikan, sebab suratnya baru selesai hari Kamis lalu (11/10). Selain waktunya yang sempit, personil dari Humas juga kurang secara kuantitas dan beberapa ada yang berhalangan. Namun, hal tersebut bisa diatasi, sebab komunikasi sudah semakin canggih, sehingga informasi undangan bisa tersampaikan melalui media elektronik.

Kedua, perihal draft konferensi yang berisi tiga hal: (1) Draft Sidang Pleno Tata Tertib Konferensi yang seharusnya merujuk dari hasil keputusan konferensi 2016; (2) Draft Sidang Komisi; dan (3) Draft Sidang Pleno Laporan Pertanggungjawaban. Adalah sebuah kesalahan besar jika H-1 tapi draft konferensi belum jadi. Sebab, petugas-petugas dalam persidangan juga dapat dipastikan belum ada yang mempelajari hal-hal yang akan disidangkan. Draft ini berada langsung dalam tanggungjawab Sekjend PAC dan bendahara. Setelah saya tanyakan, ternyata Sekretaris IPNU kebagian menggarap draft Sidang Pleno Tata Tertib, Draft LPJ Program kerja dan agenda, dan draf Sidang Komisi; Sekretaris IPPNU kebagian laporan data surat keluar dan surat masuk; dan Bendahara IPPNU kebagian laporan keuangan secara keseluruhan mulai pasca pelantikan hingga program kerja terakhir (Tour Religi to Jogja).

Pemegang tanggungjawab draft tersebut adalah orang sibuk semua. Jadi saya memaklumi jika telat dalam pengerjaannya. Namun saya yakin semua akan beres pada waktunya. Dan benar, saat konferensi telah dimulai, drart sudah jadi, dan siap dibagikan kepada seluruh peserta.(Bersambung...)


Oke... Tulisan ini akan sangat garing, kawan. Jadi sangat saya sarankan untuk jangan dibaca. Hehe. Tapi kalau masih tetap mau baca, ya, sudah. Terserah, Lu.. Itu mata, Lu. Dan hidup juga hidup, Lu.. Hmmmmm... 

Kuliah. Setiap siswa kelas 12 pasti terbesit di hati kecilnya untuk bisa kuliah—lanjut di jenjang yang lebih tinggi. Apa lagi, secara akademik, siswa tersebut termasuk siswa yang mumpuni.

Era digital harusnya membuat siswa kelas 12 semakin banyak yang minat untuk lanjut kuliah. Apa lagi, pemerintah juga membuka beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu, yakni Bidikmisi (dan akan ada KIP-Kuliah).

Saya termasuk manusia yang beruntung di dunia ini. Saya berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi dan saya bisa kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (di UM). 

"Kalau nanti tidak mendapat Bidikmisi, kerja dulu aja, ya, Le," kata emakku.

Kalimat itu masih terngiang-ngiang di telinga saya. 

Sebagai catatan fakta sejarah, perlu saya tulis bahwa saya lulus SLTA pada tahun 2015. Pernah tidak lulus SNMPTN 2015, tidak lulus SBMPTN 2015, dan tidak lulus pula SPMB Mandiri 2015 di salah satu PTN.



Akhirnya tahun 2016 saya lulus SBMPTN. Entah karena apa. Yang jelas, saya berusaha keras dengan belajar soal-soal tiap hari dan berdoa pula tiap hari. Selain itu, banyak orang yang mendoakan saya, khususnya kedua orangtua saya, dan dua saudara saya. []






DELPANAM.COM. Selamat pagi, Adik-adik.. Sekarang saya akan menjelaskan tentang pandangan - pandangan yang SALAH pada Siswa SMA/Sederajat tentang SBMPTN dan PTN. Bahkan di kalangan para guru pun juga demikian. Dengan adanya pandangan-pandangan yang salah teesebut dapat mengalibatkan berkurangnya minat Siswa untuk mengikuti SBMPTN, terutama bagi mereka yang punya IQ pas-pasan dan tak punya biaya.

Berikut ini adalah pandangan - pandangan yang sama sekali tidak benar tentang SBMPTN dan PTN:
a. PTN hanya untuk yang ber-IQ tinggi
b. Hanya anak ber-IQ tinggi yang bisa lulus SBMPTN
c. Harus ikut les khusus persiapan SBMPTN jika ingin lulus
d. PTN hanya untuk orang kaya
e. Siswa SMA/MA swasta sulit diterima oleh PTN

Lima hal di sangat sering saya temukan di wilayah-wilayah SMA sederajat padahal semua itu SALAH BESAR. Sekali lagi saya tegaskan bahwa lima pandangn tersebut SALAH BESAR.  Faktanya adalah;

Pertama, di PTN ternyata mahasiswa yang ber-IQ menengah ke atas tidak selalu lebih banyak dari pada yang ber-IQ rendah. Artinya, mahasiswa yang ber-IQ pas-pasan pun juga ada. Dan sebagian dari mereka masuk melaui SBMPTN.

Kedua, sudah jelas bahwa mereka yang lulus SBMPTN tidak semuanya ber-IQ tinggi. Dan mereka yang ber-IQ tinggi tidak semuanya bisa lulus SBMPTN.

Ketiga, tidak semua yang lulus SBMPTN itu sebelumnya ikut lembaga bimbingan belajar, termasuk saya. Saya lulus SBMPTN tahun 2016 sebelumnya tidak ikut bimbel. Dan ketika di kampus, saya mewawancarai beberapa teman yang satu jurusan banyak yang lulus SBMPTN tanpa ikut bimbel.

Keempat, maaf ya, PTN itu digunakan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa memandang mereka dari meluarga kaya atau miskin. Untuk yang berstatus kurang mampu secara materiil atau miskin, seperti halnya saya, bisa melamar beasiswa bidikmisi yang diselenggarakan oleh pemerintah RI. Lumayan, bidikmisi memberikan dana untuk perkuliahan selama 8 semester. Dan setiap bulanmya dapat uang saku Rp650.000/mahasiswa.

Kelima, PTN diselenggarakan bagi mereka yang pantas menyandang status mahasiswa. Dan yang pantas menyandang status mahasiswa tidak ditentukan oleh latar belakang SMAnya negeri atau swasta, tetapi dilihat seberapa tinggi keinginannya dan seberapa besar usahanya untuk masuk PTN. Dalam hal itu pun sering banget PTN kecolongan menerima mahasiswa yang tidak layak menyandang status mahasiswa hingga ketika di kampus mereka sering berbuat onar dan melanggar nilai, norma, aturan, dan hukum yang berlaku di kampus.

Maka dari itu, jika kalian hanya memiliki IQ yang pas-pasan, maka kalian jangan berkecil hati. Kalian punya kesempatan yang sama dengan yang ber-IQ tinggi untuk menikmati bangku PTN. Dan kamu pun juga punya peluang yang sama untuk lulus SBMPTN. Namun kamu harus punya trik-trik jitu untuk menghadapi soal-soal SBMPTN. Kamu bisa bertanya kepada mereka yang lebih berpengalaman.

Kemudia jika kamu berasal dari keluarga tidak mampu, maka kini saatnya kamu meningkatkan status sosial-ekonomi keluargamu dengan memulainya melalui masuk ke PTN. Program bidikmisi adalah jawabannya. Silahkan hubungi kesiswaan masing-masing untuk mendaftar ke bidikmisi. Dan jika kalian tidak memiliki uang yang cukup untuk ikut bimbingan belajar maka jangan hawatir karena dalam menghadapi SBMPTN tidak selalu harus ikut bimbel untuk bisa lulus. Silahkan tanya kepada mereka yang berpengalaman atau hubungi penulis.

Apa salahnya foto sendiri?
 
Pada tanggal 21 September 2017, aku dan ke-empat temanku datang mengunjungi Cnadi Penataran. Berikut ini adalah dokumentasiku:


Pura-pura belajar (1) 


Pura-pura belajar (2) 
 

Pura-pura belajar (3) 

Pura-pura belajar (4) 






  


 

Terima kasih guys.!!!

  
Jangan lupa ngopi yach,...! he.he.


Hari ini, tanggal 6 Agustus 2017, tepat pada pukul 20.30 WIB, telah terlaksana Prosesi Pelantikan Pengurus Biruni. Pelantikan ini diadakan di Masjid dekat UM, yaitu di Jalan Jombang Gang I. Aku ikut bangga, karena aku juga termasuk peserta yang dilantik. Selain Biruni, ada juga Rayon lain yang bersama-saa ikut pelantikan, yaitu Rayon Maturidi dan Ghozali.

Pelantikan dipimpin oleh Pengurus Cabang Kota Malang. Dengan selesainya prosesi pelantikan, menandakan kami telah sah dan resmi menjadi Pengurus Rayon Biruni dan menjadi bagian dari Komisariat Liga. Dalam organisasi ini, aku masuk di bidang Kaderisasi, sama dengan bidang yang ketika aku jadi pengurus suatu organisasi di kampung dulu.

Biruni sekarang menjadi salah satu rumahku di Malang, setelah Gading dan Dieng. Di Biruni aku mengenal banyak teman dengan berbagai latar belakang dan bakat. Ada yang suka menulis, nyanyi, orasi, gambar, photografi, hingga PS-an. Di Biruni aku punyak banyak saudara baru, antara lain: Faisal, Faisol, Aufa, Deris, Fijay, Margo, Ilmi, Yustira, Aulia, Mia, Sahara, dan masih banyak lagi. Mereka semua ialah Pengurus Biruni 2017-3018 yang baru dilantik.

Ke depan, harapanku, Biruni bisa mendapatkan kader yang lebih banyak lagi dari periode yang lalu. Dan, karena aku masuk di bidang Pengembangan Kader, semoga kader-kader Biruni bisa memperlihatkan bakat mereka, di bawah arahan dan pendampingan Kaderisasi Biruni.

Sebentar lagi akan memasuki tahun ajaran baru 2017-2018. Maba mulai masuk (Ospek) pada tanggal 14 Agustus 2017. Dan besok (Senin, 7 Agustus 2017) akan ada  garakan Samba saat acara Registrasi Maba Jalur Mandiri TBK UM. Akan ada strategi khusus untuk menangani Samba. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan Maba dengan Biruni, bahwa Biruni pantas bagi Maba-Maba Islam yang ingin mengembangkan bakat mereka, apa pun bentuknya.

Sudah ya.. Aku ndak mau bicara banyak soal Biruni. Banyak hal yang tidak seharusnya jadi konsumsi banyak orang. Yang jelas, Biruni berafiliasi di Nahdlatul Ulama, dan organisasi mahasiswa yang paling dekat dengan Kiai dan Ulama. Insya Allah barokah.

Malang, 6 Agustus 2017
Syarif Dhanurendra




Rumah Baruku

Oleh Tanggal 8/06/2017 11:40:00 pm
Hari ini, tanggal 6 Agustus 2017, tepat pada pukul 20.30 WIB, telah terlaksana Prosesi Pelantikan Pengurus Biruni. Pelantikan ini diadak...