Sejak Kapan?

Ilustrasi: https://bobo.grid.id

"Dalam menentukan pilihan, seluruh ranting dan komisariat tidak boleh diprovokasi atau pun diintervensi, Dul" kataku.


"Ya, memang. Setuju saya," jawab Abdul.

"Lha, terus kenapa periode lalu kamu, kok, melakukan itu?" tanyaku.

"Siapa bilang?"

"Alah, gak usah gaya goblok we!"

"Gini, Bud." Abdul membenahi duduknya dan menyeruput kopi di depanku, "Dalam pemilihan ketua PAC, yang kita pakai adalah kata 'suksesi'. Mekanisme yang berjalan adalah menjalin komunikasi, tidak ada intervensi. Semua terbuka untuk memberi saran atau apapun. Boleh menolak atau netral. Saya paham mana yang boleh saya lakukan dan mana yang menjadi batasan untuk tidak saya terjang," kata temanku dari desa sebelah.

"Alah, aku ndak paham kalimatmu. Terlalu ribet. Pokoknya kenapa, kok, kamu politiki dan kamu setting?"

"Emang sejak kapan pemilihan ketua PAC tidak settingan? Tahun lalu emangnya Benni dan Sutris ndak ikut nyetting apa? Malah mereka mainnya kasar, masak Ketua Ranting Mugiduwur disamperin dan langsung dibilang untuk milih Rekan Krusuk. Gak sopan blass. Etikanya mana? Itukan intervensi namanya! Harusnya diajak duduk dulu, bicara baik-baik. Dan Saya tahu semua siapa yang main kemarin. Bahkan konferensi 2012, 2014, 2016, sudah tahu semua saya. Atau jangankan konferancab, konfercab 2014 saja saya juga tahu, Bud."

"Lak ngunu, sok mben aku jak'en nyetting pisan ya.. Ben ngerti carane," kata Darmen menyela perbincangan kami.[*]

No comments:

Post a Comment