Sumber: hipwee.com |
"Kesetaraan gender itu apa, sih, Pak?" tanya anak perempuanku.
Kulihat sorot matanya, anak yang dulu masih imut dan unyu-unyu itu kini sudah mulai beranjak dewasa.
"Gini, Nduk. Sebelum membahas kesetaraan gender, sampeyan harus paham 'apa gender itu?' terlebih dahulu," kataku.
Kemudian aku jelaskan terkait gender. Bahkan, sebenarnya kalau kita langsung membahas gender, itu loncat. Harusnya ke sejarah munculnya gerakan feminisme. Di sana nanti kita akan menemukan garis-garis kepentingan ideologi antar golongan yang saling bersinggungan.
"Perbanyaklah baca, Nduk. Kesetaraan gender ini masih belum bisa disuarakan di kampung kita. Masih banyak yang salah paham dengan hal ini," jelasku.
"Baik, Pak. Berarti Mbak Thoriq menjadi ketua OSIS itu juga termasuk contoh kesetaraan gender, ya? Bu Khofifah jadi menteri dan jadi gubernur, Bu Marni jadi Kepala sekolah, dan Mbak Khoir jadi Presiden Mahasiswa," Astila menyimpulkan.
"Iya, Nduk. Bahkan lebih sederhana dari itu, anak perempuan bisa mendapat hak belajar di sekolah, perempuan boleh terjun dalam dunia bisnis, jadi pamong desa, jadi petani, pedagang, dan guru, dan lain sebagainya—itu termasuk kesetaraan gender," kataku.
Malam itu langit terlihat cerah. Kami duduk di depan surau yang ada di belakang rumahku. Bintang-bintang gemerlap tersenyum memandang kami. Angin desa yang sejuk menari-nari sambil sesekali jail menyenggol kami. Malam yang sunyi.[*]
Kesetaraan Gender?
Oleh
Syarif Dhanurendra
Tanggal
1/13/2020 11:54:00 am
Sumber: hipwee.com "Kesetaraan gender itu apa, sih, Pak?" tanya anak perempuanku. Kulihat sorot matanya, anak yang dulu ...